Musik Etnik Toraja Akan Jadi Jualan Krakatau Band

Karenanya, Krakatau Band yang merupakan grup band jazz ternama di Indonesia, sedang menggarap proyek besar dengan membuat album yang bertema musik etnik Sulawesi Selatan (Sulsel) khususnya Toraja.
Dwiki Darmawan, pentolan Karakatau Band, mengatakan album musik etnik dengan latar belakang daerah Sulsel merupakan yang keenam kali dilakukannya bersama teman-temannya satu grup, karena sebelumnya, Krakatau Band telah memiliki album etnik dari beberapa daerah, seperti musik etnik Flores (Nusa Tenggara Timur), Kerinci (Jambi), Sunda (Jawa Barat), Jawa dan Dayak (Kalimantan).
“Proyek penggarapan album dengan ciri khas musik etnis sudah dilakukan band ini sejak 2006. Dan akhir tahun ini, kami akan mengorbitkan musik etnik Sulawesi Selatan. Karenanya sekarang kami sekarang mulai melakukan eksplorasi untuk menganali kekhasan nusik di Sulsel,” ungkap Dwiki.
Memilih Sulawesi Selatan bukan tanpa alasan. Di mata Dwiki, musik-musik etnik Sulawesi Selatan memiliki nilai jual dan kekhasannya sendiri. Apalagi musik khas Sulsel masih jarang diangkat dibanding daerah lainnya seperti Sunda, Bali, Jawa, Maluku dan Papua. Makanya bagi Dwiki, Sulsel merupakan daerah yang penting untuk disorot terkait alat dan vocal musik etnik.
Dia menyebutkan sejumlah hal yang menjadi nilai lebih musik khas Sulsel. Seperti ritme pukulan gendangnya yang dikenal dengan istilah Gandrang Pakkanjara, memiliki teknik meniup tanpa henti menggunakan alat yang disebut pa’pui-pui serta olah vocal unik. Sehingga melalui proyek itu, alat musik modern nantinya akan dikolaborasi dengan alat-alat musik khas Sulsel, seperti gandrang pakkanjara, suling bambu, puipui dan kecapi.
Dijelaskan Dwiki, penggarapan album ini kemungkinan besar akan memakan waktu yang lama. Butuh waktu sekitar satu tahun dan target akan launching Januari 2012. Pada tahap awal, Krakatau Band yang difasilitasi oleh One Note Entertainment, akan mengawali perjalanan panjang ke Kabupaten Tana Toraja, sekitar 300 kilometer dari Makassar.
Mereka akan mengambil bahan yang bisa dijadikan kekuatan dalam pembuatan album etnik Krakatau Band tersebut. Toraja, menurut Dwiki, menjadi obyek dalam proyek tersebut karena mempunyai daya tarik dibanding daerah lainnya di Sulsel.
Dari Toraja, Krakatau Band akan kembali ke Makassar dan akan mengelilingi ibukota provinsi Sulsel ini. Setelah itu, Krakatau Band akan melakukan workshop selama enam kali untuk mematangkan penggarapan album tersebut.
“Kami tidak mau sembrono. Karena alat musik tradisional mempunyai keluhuran dan kesakralan. Kami tidak mau hanya menempelkan musik etnik sebagai ornament dan aksesoris dalam album ini. Tapi sebagai sebagai spiritnya. Makanya memakan waktu yang lama,” tegasnya.
Menanggapi proyek yang fokus pada musik etnik di beberapa daerah, Dwiki mengaku cukup bangga lahir dan menjadi rakyat Indonesia. Ia juga merasa makin percaya diri setelah berhasil mengelaborasi musik etnik tradisional dengan alat musik modern. Suami Ita Purnamasari ini juga menganggap bahwa kekayaan budaya dan alat musik Indonesia merupakan kekuatan dan tidak kalah dengan alat musik negara lain.

1 komentar:

sablon cup mengatakan... on 17 Januari 2014 pukul 04.01

wow.. keren informasinya.

www.kiostiket.com

Posting Komentar